Home>>Berita Terkini>>Cerita Sampuraga ‘Anak Durhaka dari Mandailing’ Lengkap dengan Pesan Moralnya
Berita Terkini

Cerita Sampuraga ‘Anak Durhaka dari Mandailing’ Lengkap dengan Pesan Moralnya

HOBI4D-Cerita Sampuraga ‘Anak Durhaka dari Mandailing’ Lengkap dengan Pesan Moralnya

Medan – Kolam air panas Sampuraga terletak di Desa Sirambas, Kecamatan Panyabungan Barat, Mandailing Natal. Objek wisata itu terkenal dengan berbagai atraksi wisata menarik yang mampu memikat para wisatawan.
Tak hanya itu, terbentuknya kolam air panas Sampuraga juga memiliki kisah yang legendaris. Konon, kolam tersebut ada karena murka Tuhan pada anak bernama Sampuraga yang durhaka kepada ibunya.

Melansir buku berjudul Indonesia Bercerita: Kisah-Kisah Rakyat yang Terlupakan oleh Yoana Dianika, Redy Kuswanto, Ruwi Meita, dkk., berikut detikSumut rangkum cerita Sampuraga lengkap dengan pesan moralnya.

Cerita Rakyat Sampuraga
Bulan tampak menyinari tanah desa terpencil di Padang Bolak. Suara lolongan anjing hutan mengalun diantarkan oleh semilir angin malam. Sampuraga menengadah menatap bulan dengan perasaan gundah.

Ucapan tuan tanahnya tiga hari yang lalu membuatnya sulit untuk memejamkan mata. “Masih belum yakin kau, Raga?” tanya Tondi yang setia mendampingi Sampuraga. “Sanggupnya aku merantau, apalah payahnya cuma berjalan jauh?” jawab Sampuraga.

Tondi menghela napas sejenak sebelum kembali bicara, “Tapi Raga, bagaimana dengan…” Belum sempat Tondi melanjutkan, muncul sosok perempuan dengan tubuh ringkih dan rambut memutih dari balik pintu.

“Umak…” panggil Sampuraga. “Nape modom ho, amang? (Belum tidur kau nak?)” tanya perempuan tua itu menghampiri Sampuraga. “Ahadei, amang? (Apa itu nak?) ” lanjutnya. Mendengar pertanyaan itu, Sampuraga justru tertunduk.

“Kumasakkan holat sama pakkat kesukaanmu tapi tak kau makan. Tidurmu pun larut terus tiga hari ini. Ceritalah sama Umak,” ucap wanita tua itu. “Raga mau merantau Umak,” cetus Sampuraga

Permintaan itu membuat darah Ibu Sampuraga berdesir, “Kau mau pergi meninggalkan Umak?” Raga pun mengungkapkan isi hatinya. “Raga mau mengubah nasib kita dengan pergi ke Mandailing. Giot pasonang Umak do au so ke au marantau (Aku mau menyenangkan ibu makanya aku pergi merantau) ” jelas Sampuraga.

“Saotik peindaadong hu bayangkanmarsarak dot hu (Sedikit pun tidak ada ku bayangkan akan berpisah denganmu) tapi mungkin memang sudah saatnya. Mangido maaf do au amang inda bisa hu pasonang ho (aku minta maaf karena tidak bisa membahagiakanmu), ” kata Ibu Sampuraga dengan lirih. “Umak…” balas Sampuraga tak kalah lirih.

Sampuraga pun langsung berlutut di hadapan sang Ibu. “Terima kasih Umak! Raga berjanji akan kembali setelah berhasil,” janji Sampuraga kepada sang Ibu. Tondi yang menyaksikan peristiwa haru di depannya pun tak kuasa menahan air mata.

Berhari-hari Sampuraga berjalan bersama Tondi melewati hutan belantara dan beragam perkampungan. Mereka akhirnya tiba di sebuah tempat bernama Pidoli, Mandailing. Sampuraga terpesona usai melihat kemakmuran dan kesejahteraan di wilayah Pidoli.

“Raga, lihat!” tunjuk Tondi pada sebuah keramaian. “Coba dekati saudagar itu,” lanjutnya. Raga menuruti saran Tondi dengan memperkenalkan diri dan mengungkapkan keinginannya untuk bekerja pada sang saudagar.

Saudagar itu pun mengabulkan permintaan Sampuraga. Berkat keuletan dan kejujuran yang selalu diajarkan oleh sang Ibu, Sampuraga mendapat kepercayaan dari majikannya. Setelah sekian lama, Sampuraga diminta untuk menjadi menantu sang saudagar.

“Sejak awal pertemuan kita, aku selalu percaya bahwa kau adalah anak muda yang rajin dan baik. Aku belum pernah bertemu pemuda sebaik dirimu, maukah engkau menjadi menantuku?” tanya sang majikan mengutarakan keinginannya.

“Hamba dengan senang hati bersedia menikah dengan putri Tuan,” ucap Sampuraga dengan sumringah. “Sebentar lagi aku jadi kaya raya!” cetus Sampuraga. Tondi yang mendengar hal itu pun tertegun sebab menangkap nada kesombongan dari ucapannya.

Kabar pernikahan Sampuraga dan putri bangsawan dengan cepat tersebar ke seluruh pelosok negeri, termasuk sang Ibu yang tak yakin akan kebenarannya. Selangkah demi selangkah pun dia tempuh untuk sampai ke negeri Pidoli di Mandailing.

Begitu tiba di negeri Pidoli, wanita tua itu disambut suara gondang sambilan yang menandakan adanya kemeriahan pesta. Dia terkejut melihat seorang pemuda yang dikenalnya duduk berdampingan bersama seorang putri yang cantik jelita.

Ibu Sampuraga menerobos barisan depan keramaian lalu meneriakkan nama anak kandungnya. “Itu suara Umak…” bisik Tondi yang mendampingi Sampuraga. “Ah, tidak mungkin!” bantah Sampuraga ketika mendengar suara yang tak asing.

“Sampuraga, ini aku umakmu Nak!” seru sang Ibu. Berkali-kali Tondi meyakinkan Sampuraga tetapi Sampuraga justru mendadak malu dan murka. “Hai perempuan tua jelek! Berani sekali kau. Umakku sudah lama meninggal!” cetus Sampuraga.

“Tega kau Sampuraga! Sampai hati kau tak akui umakmu,” desis sang Ibu. “Tunduklah Raga! Ro ma ho mangido maaf selagi mangolu umakmu (Datanglah kau nak meminta maaf selagi hidup Ibu mu),” perintah Tondi. Namun, Sampuraga justru memanggil pengawal untuk mengusir ibunya.

Setelah meninggalkan pesta dengan berderai air mata, Ibu Sampuraga pun berdoa, “Tuhan, bila memang pemuda itu benar Sampuraga maka berilah dia pelajaran. Harana dosa na paling godang dosa ma durhako tu orang tua (Karena dosa yang paling besar adalah durhaka sama orang tua)”

SOSMED OFFICIAL HOBI4D

Berikut HOT PROMO BONUS HOBI4D :

  • Bonus Harian Up To 10%
  • Bonus New Member 10%
  • Referral up to 1 % ( Togel )
  • Bonus Rollingan up to 0.8% ( Casino )
  • CashBack Up TO 15% ( SLOT GAME )
  • Bonus Rollingan Sport 0.3%
  • Bonus Referral Togel :
    — 4D & COLOK : 1%
    — 2D & 3D : 0.5%
  • Bonus Referral up to 2,5% ( Sportbook & Sabung Ayam )
    • Bonus Referal Slot up to 2.5%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *